Senin, 15 April 2013

37 Kesalahan yang sering dilakukan orangtua dalam mendidik anak

Dikutip dari http://hadi.staff.uns.ac.id/2011/12/28/kebiasaan-orang-tua-yang-menghasilkan-perilaku-buruk-pada-anak/

* Sebuah Rujukan Psikologi Keluarga *
KEBIASAAN ORANG TUA YANG MENGHASILKAN PERILAKU BURUK PADA ANAK
28 December, 2011 in All in one | Permalink

Bapak dan ibu yang baik, pernahkah anda mengalami salah satu atau beberapa hal dibawah ini :
  1. Apakah anda mulai merasa kesulitan mengendalikan perilaku anak anda ?
  2. Apakah anda dan pasangan anda sering tidak sepaham dalam mendidik anak-anak ?
  3. Apakah anak anda selalu merengek dan memaksa dibelikan sesuatu setiap kali diajak untuk pergi dan belanja ?
  4. Apakah anak-anak anda sering bertengkar di rumah dan satu sama lain tidak mau mengalah ?
  5. Apakah anak-anak anda selalu saling mengganggu ?
  6. Apakah anda mengalami kesulitan karena anak anda selalu bermain di rumah dan sulit untuk mengerjakan hal-hal lain ?
Jika anda mengatakan “Ya!” untuk salah satu atau beberapa gejala ini, maka anda adalah orang yang tepat untuk membaca artikel ini.
Berikut akan disajikan beberapa kebiasaan orang tua, yang mungkin tidak kita sadari ternyata telah membentuk karakter yang negative sehingga kita sebagai orang tua kesulitan dalm mendidik anak-anak kita yang perilakunya tidak bisa diatur, yang akan disampaikan secara berseri.

Kebiasaan 1 :
Raja yang tak pernah salah
Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan, tidak jarang tanpa sengaja menabrak kursi/meja. Lalu menangis. Umumnya yang dilakukan orang tua agar tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi/meja, sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup…cup…diem ya…” Akhirnya si anak pun terdiam.
Apa akibatnya?
Ketika proses pemukulan terhadap benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak bahwa ia tidak pernah bersalah. Yang salah orang/benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya setiap ia mengalami peristiwa dan terjadi kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah oranglain, dan dirinya selalu benar, sehingga yang pantas di hukum adalah orang lain yang tidak melakukan kesalahan.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Yaitu mengajari ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit) :“Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu, supaya tidak membentur lagi.
Kebiasaan 2 :
Berbohong kecil dan sering
Pada saat kita terburu-buru pergi bekerja, anak kita meminta ikut. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau kita mengatakan, “Papa hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam.
Apa akibatnya?
Dari contoh diatas, jika kita berbohong ringan/bohong kecil, dapat mengakibatkan anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Mereka tidak bisa membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak, sehingga anak menganggap semua yang diucapkan orang tuanya adalah bohong dan mulai tidak menuruti segala perkataan kita. Awalnya, anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, karena mereka sepenuhnya percaya pada orang tuanya. Namun setelah anak beranjak besar mereka mulai tidak menurut. Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian : Sayang, Papa mau pergi bekerja. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo papa libur dan pergi ke kebun binatang, kamu bisa ikut. Hal ini memang membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita perlu sabar dan beri pengertian kepada mereka secara terus menerus. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu.
Kebiasaan 3 :
Banyak mengancam
Pada saat kita melihat si Kakak sedang menggangu adiknya, kita sering mengatakan dengan berteriak dari tempat duduk kita, “Jangan ganggu adik, nanti papa/mama marah!”
Apa akibatnya?
Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa menghentikan aktifitas kita, bagi mereka itu sudah merupakan suatu ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “…nanti papa/mama marah.”
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Cukup dekati si anak. Tatap matanya dengan lembut, namun perlihatkan bahwa ekspresi kita tidak senang dengan tindakan mereka, dan dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini kepada adikmu. Bila kamu tidak mau meminjamkannya, Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. Mainan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau meminjamkannya pada adikmu dan Papa/mama akan makin sayang sama kamu.” Tepati pernyataan kita itu dengan tindakan nyata.
Kebiasaan 4 :
Bicara tidak tepat sasaran
Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini atau begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau melihat kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita tidak menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal-hal yang kita inginkan.
Apa akibatnya?
Anak tidak mengerti apa yang diingini oleh orang tuanya, sehingga yang terserap oleh anak adalah hal-hal yang tidak disukai oleh orang tuanya, sehingga anak terus mencoba hal yang baru dan dari sekian banyak percobaan yang baru tersebut, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya. Hal ini yang mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal-hal yang tidak disukai orang tuanya dengan tujuan untuk membuat kesal orang tuanya karena tindakannya selalu salah dihadapan orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sampaikanlah hal-hal yang kita inginkan secara intensif pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah memahami dan melakukan segala hal yang kita inginkan, ucapkanlah terima kasih dengan tulus dan penuh sayang atas segala usahanya untuk berubah.
Kebiasaan 5 :
Menekankan pada hal-hal yang salah
Kita selaku orang tua sering mengeluhkan perilaku anak-anak kita yang tidak pernah akur dan selalu bertengkar. Apa yang kita lakukan? Melerai atau memarahi semua pihak. Lalu kita ingat-ingat lagi, apa yang kita lakukan bila mereka bermain dengan akur atau tidak bertengkar? Seringkali kita mendiamkan mereka bukan? Tidak menyapa mereka karena beranggapan tidak perlu dan mereka sudah bermain dengan baik dan tidak bertengkar.
Apa akibatnya?
Dengan menganggap tidak perlu itulah yang membuat mereka terpicu untuk kembali bertengkar, karena dengan bertengkar, mereka mendapat perhatian dari orang tuanya. Dengan mendiamkan mereka karena tidak bertengkar, membuat mereka juga tidak tahu bila kita senang dengan kerukunan itu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah pujian setiap kali mereka bermain dengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misalnya :”Nah, gitu dong kalau main. Yang rukun dan mau saling meminjamkan. Papa/Mama senang dan tambah sayang.” Lalu peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.
Kebiasaan 6 :
Merendahkan diri sendiri
Bila anak anda terlalu asyik bermain play station sehingga mengalahkan jam belajar, apa yang anda lakukan? Mungkin kita sering mengatakan :”Ayo, matikan play station-mu itu. Awas ya, nanti dimarahi sama papa kalo pulang dari kerja.” Kita selalu menggunakan ancaman dengan figur yang ditakuti oleh si anak.
Apa akibatnya?
Dengan menggunakan ancaman, kita tidak sadar telah mengajarkan kepada anak bahwa mereka akan menurut jika mereka ditakut-takuti dahulu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkan aturan main sebelum kita bicara, setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti bermain sekarang atau berikan pilihan, misal : “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi? Bila jawabannya, “lima menit lagi pa/ma.” Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit, kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa Papa/Mama simpan hingga lusa.” Setelah persis lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa kompromi dan tawar menawar lagi. Jika dia tidak menepati pilihannya, langsung laksanakan konsekuensinya segera.
Kebiasaan 7 :
Papa dan Mama tidak kompak
Seorang ibu meminta anaknya yang menonton televisi terus menerus untuk mengerjakan tugas sekolahnya, tapi pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan mengatakan bahwa tidak masalah bila menonton televisi terus, dengan alasan supaya anaknya tidak stres.
Apa akibatnya?
Anak-anak pada umumnya belum dapat memahami nilai benar dan salah. Mereka lebih cepat menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya, sehingga si anak memberi nilai bahwa ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya, setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Perlahan tapi pasti, anak akan belajar untuk terus melawan terhadap ibunya. Demikian sebaliknya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Untuk itu diperlukan peranan orang tua dalam mendidiknya. Peran itu bukan tugas ibu saja atau bapak saja, tapi keduanya. Ketika orang tua tidak kompak dalam mendidik anak-anaknya, maka anak tidak akan pernah menjadi lebih baik. Dihadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal-hal yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Apabila ada pandangan yang berbeda dalam mendidik anak, bicarakan hal ini secara pribadi dengan pasangan kita.
Kebiasaan 8 :
Campur tangan Kakek, Nenek, Tante atau pihak lain
Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak satu sama lain dalam mendidik anak-anaknya, tiba-tiba ada pihak ke-3, yaitu kakek, nenek, om, tante atau pihak lain di luar keluarga inti, yang muncul dan cenderung membela si anak.
Apa akibatnya?
Bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat orang tua mendidik, anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya, anak juga cenderung melawan orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.
Kebiasaan 9 :
Menakuti anak
Pada saat anak kita menangis dan kita berusaha untuk menenangkannya, kita sering mengatakan kepada si anak :”Eh, kalo nangis terus nanti disuntik lho …” atau “Kalo kamu nangis terus, Papa/mama panggil pak satpam ya.” Anak akhirnya memang cenderung untuk berhenti menangis atau merengek dan menuruti kita.
Apa akibatnya?
Dengan pernyataan ancaman atau menakut-nakuti, sebenarnya kita telah menanamkan rasa tidak suka atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan. Anak akan tidak suka atau takut dengan figur dokter/satpam. Pernyataan mengancam/menakuti akan semakin dipahami anak sebagai kebohongan orang tua seiring perjalanan tumbuh kembang anak.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak-anak juga mampu berpikir dewasa. Jika anak minta dibelikan permen katakan padanya akibat yang dapat ditimbulkan pada gigi dari pemanis buatan itu. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi papa/mama tetap tidak akan membelikan permen.” Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.
Kebiasaan 10 :
Ucapan dan tindakan tidak sesuai
Ada sebagian orang tua yang menetapkan pola asuhnya dengan menggunakan cara memberi penghargaan dengan pujian atau bahkan hadiah untuk kebaikan yang dilakukan oleh anaknya. Contohnya “Jika kamu mau membersihkan tempat tidurmu, maka di akhir pekan papa/mama mengajakmu jalan-jalan”. Dan pada akhir pekan, ternyata kita tidak dapat memenuhi janjinya, sehingga anak kita menjadi marah.
Apa akibatnya?
Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, jika kita tidak menepati janji, maka kita tidak dipercaya oleh anak dan selanjutnya, anak mulai tidak mau menuruti yang kita minta.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah mudah mengumbar janji pada anak dengan tujuan untuk merayunya, agar ia mau mengikuti permintaan kita. Pikirlah dahulu sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut. Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.
Kebiasaan 11 :
Hadiah untuk perilaku buruk anak
Pada saat kita bersama anak berada di tempat umum, si anak minta dibelikan mainan. Lalu kita katakan tidak boleh. Si anak terus merengek dan rengekannya semakin kuat hingga menjadi teriakan dan ada gerakan perlawanan. Kita tetap mengatakan tidak boleh. Dan pada saat kita berada di antrian bayar kasir, dia merengek lagi dengan kekuatan penuh untuk membuat kita malu di depan umum. Dan akhirnya, tibalah saat yang dinantikan oleh anak dengan mendengar pernyataan dari kita sebagai orang tua : “Ya sudah, kamu ambil satu. Satu saja ya!”.
Apa akibatnya?
Saat kita memberi pernyataan, …”Ya sudah, kamu ambil satu.” … kita telah memberikan hadiah pada perilaku buruk yang dilakukannya. Dan sejak saat itu juga, anak mempelajari sesuatu bahwa untuk bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan maka dia harus membuat perlawanan yang cukup heboh di tempat yang “strategis”. Anak mempelajari bahwa apa pun permintaannya dapat dikabulkan bila melalui perlawanan yang gigih. Kejadian ini akan terus diulangi dan diuji-cobakan pada permintaan yang lain.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Tetaplah berlaku konsisten, tidak perlu malu atau takut dikatakan sebagai orang tua yang ‘tega’ atau ‘kikir’. Ingatlah selalu bahwa kita sedang mendidik anak. Sekali kita konsisten, anak tak akan pernah mencobanya lagi. Ingat sekali lagi : tetaplah KONSISTEN dan pantang menyerah! Apa pun alasannya, jangan pernah memberi hadiah pada perilaku buruk si anak.
Kebiasaan 12 :
Merasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik
Dalam kehidupan saat ini, dimana sebagian besar orang tua banyak menghabiskan waktunya di kantor/ tempat kerja daripada bersama anaknya, menyebabkan banyak orang tua merasa bersalah atas situasi ini. Akibatnya para orang tua menyetujui perilaku buruk anaknya dengan ungkapan yang sering dilontarkan, “Biarlah dia seperti ini mungkin karena saya juga yang jarang bertemu dengannya…”
Apa akibatnya?
Semakin orang tua merasa bersalah terhadap keadaan, semakin banyak kita menyemai perilaku buruk anak kita. Semakin kita memaklumi perilaku buruk yang diperbuat anak, akan semakin sering ia melakukannya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Apa pun yang bisa kita berikan secara benar pada anak kita adalah hal yang terbaik. Tiap keluarga memiliki masalah yang unik, tidak sama. Ada orang punya kelebihan pada aspek financial tapi miskin waktu bertemu dengan anak, sebaliknya ada yang punya banyak waktu bersama tapi kekurangan dari sisi ekonomi. Jadi yakinlah bahwa dalam kondisi apa pun kita tetap bisa memberikan yang terbaik. Jadi, jangan pernah memaklumkan hal-hal yang tidak baik. Lakukanlah pendekatan kualitas jika kita hanya punya sedikit waktu, gunakan waktu yang minim itu untuk bisa berbagi rasa sepenuhnya dengan anak kita. Menyisihkan waktu di antara sisa-sisa tenaga kita, memang tidak mudah. Tapi lakukanlah demi mereka dan keluarga kita, maka akan terbiasa.
Kebiasaan 13 :
Mudah menyerah dan pasrah
Pernahkah kita mengucapkan kata-kata : “Duh.. anak saya itu memang keras betul…saya tidak sanggup lagi untuk mengaturnya.” Atau “Biar sajalah, terserah apa maunya. Saya sudah tidak sanggup lagi untuk mendidiknya.”
Apa akibatnya?
Dalam kondisi kita sebagai orang tua tidak tegas dan mudah menyerah, si anak justru keras dan lebih tegas. Akibatnya dalam banyak hal, si anak jauh lebih dominan dan mengatur orang tuanya. Akibat lebih lanjut orang tua sulit mengendalikan perilaku anaknya dan cenderung pasrah.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Belajar dan berusahalah dengan keras untuk menjadi lebih tegas dalam mengambil keputusan, tingkatkan watak keteguhan hati dan pantang menyerah. Bila kita mudah menyerah, kepada siapa kita akan melimpahkan tugas kita ini dalam mendidik anak?
Kebiasaan 14 :
Marah yang berlebihan
Pernahkah kita memarahi anak kita karena melakukan kesalahan karena kelengahan kita menjaga mereka? Bahkan tidak jarang kita melakukan kekerasan fisik.
Apa akibatnya?
Sering kita menyamakan persepsi antara mendidik dan memarahi. Perlu diingat, memarahi adalah cara mendidik yang paling buruk. Pada saat memarahi anak, kita tidak sedang mendidik mereka, melainkan melampiaskan tumpukan kekesalan kita karena tidak bisa mengatasi masalah dengan baik dan merupakan upaya untuk melemparkan kesalahan pada anak kita. Dan setelah selesai marah kita akan menyesal dan cenderung tidak konsisten terhadap apa yang telah kita tetapkan. Rasa menyesal ini juga sering kita ganti dengan memberikan dispensasi atau membolehkan hal-hal yang sebelumnya kita larang. Bila hal ini terjadi, anak kita akan selalu berusaha memancing kemarahan kita, kemudian kita kembali menyesal dan si anak menikmati hasilnya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah bicara pada saat marah! Pergilah menghindar hingga amarah reda. Setelah itu bicara “tegas” dan bukan berbicara “keras”. Bicara tegas adalah bicara dengan nada yang datar, dengan serius dan menatap wajah serta matanya dalam-dalam. Bicara tegas adalah bicara pada saat pikiran kita rasional. Sedangkan bicara keras adalah pada saat pikiran kita dikuasai emosi, sehingga kata-kata kita tidak bisa terkontrol. Anak yang dimarahi cenderung tidak bertambah baik, ia akan menimpali dengan kesalahan yang sama. Maka bertindaklah tegas jika kita ingin anak kita menjadi lebih baik.
Kebiasaan 15 :
Gengsi untuk menyapa
Kita pasti pernah mengalami bahwa kita telanjur marah besar terhadap anak, biasanya amarah terbawa selama berhari-hari, sehingga hubungan kita dengan anak menjadi renggang.
Apa akibatnya?
Akibat rasa kesal yang masih tersisa dan ditambah “gengsi”, kita enggan menyapa anak kita. Masing-masing pihak menunggu untuk memulai kembali hubungan yang normal.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita sebagai orang tua yang harus memulai saat anak mulai menunjukkan tanda-tanda perdamaian dan mengikuti keinginan kita, jangan tunda lagi, dan bukalah pembicaraan dengannya. Ajaklah kembali bicara seperti biasanya, jika perlu mintalah maaf atas apa yang telah terjadi diantara kita dan anak kita. Anak pun akan ikutan meminta maaf, sehingga tanpa disadari oleh si anak, dia akan merasa bahwa kita tidak suka pada sikap anak kita dan bukan pada pribadi anak kita.
Kebiasaan 15 :
Memaklumi yang tidak pada tempatnya
Kebanyakan orang tua bila melihat anak berperilaku usil dan suka mengganggu, cenderung mengatakan : “Ya, maklumlah namanya juga anak-anak…”
Apa akibatnya?
Karena kita selalu memaklumi tindakan keliru yang dilakukan oleh anak-anak, otomatis si anak berpikir bahwa perilakunya saat ini sudah benar, karena tidak ada teguran. Sehingga ia akan selalu mengulangi tindakan keliru atau buruk itu. Akan berdampak lebih buruk lagi, bila perilaku ini dipertahankan hingga ia dewasa.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu memaklumi suatu hal yang tidak perlu dimaklumi. Kita harus mendidik setiap anak tanpa kecuali dengan tegas (ingat : bukan keras) sejak usia 2 tahun. Semakin dini usianya, semakin mudah untuk diajak kerja sama. Ia akan mau diajak bekerja sama selama kita selalu mengajaknya berdialog dari hati ke hati, tegas dan konsisten. Tidak perlu menunggu hingga usianya beranjak dewasa. Semakin bertambah usia, semakin tinggi tingkat kesulitan untuk mengubah perilaku buruknya.
Kebiasaan 17 :
Penggunaan istilah yang tidak jelas maksudnya
Seberapa sering kita sebagai orang tua mengungkapkan pernyataan seperti, “Awas ya, kalau kamu ikut Papa/mama, tidak boleh nakal!” atau “Awas, kalo mau ikut Papa/mama jangan macam-macam ya”.
Apa akibatnya?
Kita sering menggunakan istilah-istilah yang tidak memiliki maksud yang jelas seperti istilah “nakal” atau “jangan macam-macam”. Istilah ini akan membingungkan anak kita. Dalam benak mereka bertanya apa yang dimaksud dengan nakal, tingkah laku seperti apa yang masuk dalam kategori nakal, dan perilaku apa yang masuk kategori macam-macam. Selain bingung, anak juga akan menebak-nebak arti dari istilah nakal atau macam-macam. Sehingga, mereka mencoba-coba untuk mengetahui perilaku yang masuk kategori nakal atau macam-macam itu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Bicaralah dengan jelas dan spesifik, misalnya, “Sayang, bila kamu ingin ikut Papa/mama, kamu tidak boleh minta mainan, permen dan tidak boleh berteriak di kasir seperti minggu lalu ya”. Sehingga anak jelas memahami keinginan kita dan berusaha memenuhinya. Jangan lupa untuk menetapkan kesepakatan bersama apa konsekuensinya jika hal itu dilanggar.
Kebiasaan 18 :
Mengharap perubahan instan
Ketika anak terlambat bangun, tidak membereskan tempat tidur atau sulit dimandikan, kita ingin bahwa anak kita berubah total dalam jangka waktu sehari.
Apa akibatnya?
Karena terbiasa hidup dalam budaya “instan” seperti mie instan, susu instan, the instan, sehingga setiap anak berbuat salah, kita sering ingin sebuah perubahan yang instan juga. Apabila kita sering memaksakan perubahan pada anak kita dalam waktu singkat tanpa tahapan yang wajar, kemungkinan besar anak sulit memenuhinya. Dan ketika ia gagal dalam memnuhi keinginan kita, ia akan frustasi dan tidak yakin bisa melakukannya lagi. Akibatnya ia memilih untuk melakukan perlawanan seperti banyak memberi alasan, acuh tak acuh atau marah-marah.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita mengharapkan perubahan kebiasaan pada anak, berikanlah waktu untuk tahapan-tahapan perubahan yang rasional untuk bisa dicapainya. Hindari target perubahan yang tidak mungkin bisa dicapainya. Bila mungkin ajak ia melakukan perubahan dari hal yang paling mudah. Biarkan ia memilih hal yang paling mudah menurutnya uantuk diubah. Jika ia berhasil, itu akan memotivasi anak untuk melakukan perubahan lainnya yang lebih sulit. Puji dan jika perlu dirayakan setiap perubahan yang berhasil dilakukannya, sekecil dan sesederhana apa pun perubahan tersebut. Ini untuk menunjukkan betapa seriusnya perhatian kita terhadap usaha yang telah dilakukannya. Pusatkan pujian kita pada usaha kerasnya dan jangan memusatkan pada hasilnya yang kadang-kadang kurang memuaskan kita.
Kebiasaan 19 :
Pendengar yang buruk
Suatu hari anak kita pulang terlambat, seharusnya siang ternyata baru pulang sore hari. Kita tidak mendapat keterangn apa pun darinya dan kita merasa kesal menunggu, sekaligus juga khawatir. Lalu pada saat anak kita sampai dan masih lelah, kita langsung menyambutnya dengan serentetan pertanyaan dan omelan. Bahkan setiap anak hendak bicara, kita selalu memotongnya. Akibatnya ia malah tidak mau bicara dan marah pada kita.
Apa akibatnya?
Pada saat seperti itu, yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak adalah ingin didengarkan dan ingin diperhatikan. Padahal keterlambatannya ternyata disebabkan adanya tugas mendadak dari sekolah. Ketika anak tidak mendapat kesempatan untuk berbicara, ia merasa tidak dihargai dan akhirnya dia juga berbalik untuk tidak mau mendengarkan kata-kata kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Mulai saat ini jadilah pendengar yang baik. Perhatikan setiap ucapan ceritanya, sehingga kita mengetahui permasalahan secara utuh dan benar. Cukup dengarkan dahulu dengan memberi tanggapan antusias dan empati. Tahanlah untuk tidak berkomentar apa pun sampai anak kita mengatakan, “Menurut Papa/mama bagaimana?”. Ingatlah pesan yang disampaikan oleh Tuhan melalui anggota tubuh kita, yaitu Tuhan memberi kita 2 telinga dan 1 mulut, yang artinya Tuhan menghendaki kita 2 kali mendengarkan dan 1 kali berbicara. Dan jangan dibalik.
Kebiasaan 20 :
Selalu menuruti permintaan anak
Apakah anak kita adalah anak semata wayang? Atau anak laki-laki yang ditunggu-tunggu dari beberapa anak perempuan kakak-kakaknya? Atau mungkin anak yang sudah 10 tahun ditunggu-tunggu baru kita dapatkan? Fenomena ini seringkali menjadikan orang tua teramat sayang pada anaknya, sehingga setiap kemauan anak selalu dituruti.
Apa akibatnya?
Seperti seorang raja kecil, semakin hari tuntutannya semakin aneh-aneh dan kuat. Jika ini sudah menjadi kebiasaan maka kita akan sulit sekali membendungnya. Anak yang dididik dengan cara ini akan menjadi anak yang super egois, tidak kenal toleransi dan tidak bisa bersosialisasi.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Betapapun sayangnya kita pada anak jangan pernah memberlakukan pola asuh seperti ini. Rasa sayang tidak harus ditunjukkan dengan menuruti segala kemauannya. Jika kita benarsayang, maka kita harus mengajarinya tentang nilai baik dan buruk, yang benar dan salah, yang boleh dan tidak boleh dilakukan.Kita harus menerapkan pola asuh sesuai tipologi sifat dasarnya. Jika tidak, rasa sayng kita akan “kebablasan” dan menjadikannya anak yang “semau gue” atau egois/manja.
Kebiasaan 21 :
Terlalu banyak larangan
Seberapa banyak kita jumpai orang tua yang ingin menjadikan anaknya seperti apa yang dia inginkan secara sempurna (Perfectionist)? Yang cenderung membentuk anaknya sesuai dengan keinginannya, anaknya harus begini dan tidak boleh begitu, dilarang melakukan ini dan itu. Hal tersebut terkadang dilakukan secara berlebihan, sampai-sampai hal yang paling pribadi pun ikut-ikutan diaturnya.
Apa akibatnya?
Anak tercipta untuk menjadi dirinya sendiri dengan cara yang benar sesuai nilai-nilai yang berlaku. Pada saat kita menerapkan pola asuh perfectionist, pada saatnya anak tidak tahan lagi dengan cara kita. Ia pun akan melakukan perlawanan, baik dengan cara menyakiti diri, dengan perlawanan tersembunyi atau dengan perang terbuka.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kurangilah sifat kita yang perfeksionis. Berilah ijin kepada anak untuk melakukan banyak hal yang baik dan positif. Berlatihlah untuk selalu berdialog. Bangunlah situasi saling mempercayai antara kita dan anak kita. Kurangilah jumlah larangan yang berlebihan. Gunakan kesepakatan-kesepakatan untuk memberikan batas yang lebih baik.
Kebiasaan 22 :
Terlalu cepat menyimpulkan
Pada saat anak pulang terlambat dan hendak menceritakan penyebabnya, kita memotong pembicaraan dengan mengatakan, “sudah-sudah tidak perlu banyak alasan”. Atau “ Ah, Papa/mama tahu, kamu pasti main ke tempat itu lagi kan?!”.
Apa akibatnya?
Kita cenderung memotong pembicaraan pada saat anak kita sedang memberikan penjelasan dan segera menentukan kesimpulan akhir yang biasanya cenderung memojokkan anak kita. Padahal kesimpulan kita belum tentu benar dan seandainya benar cara ini akan menyakitkan hati si anak, sehingga anak akan menyimpulkan bahwa kita adalah orang tua yang sok tahu, tidak mau memahami keadaan dan menyebalkan. Dan akibatnya anak malah akan benar-benar melakukan hal-hal yang kita tuduhkan kepadanya. Ia tidak pernah mau mendengarkan nasihat kita dan ia akan pergi pada saat kita sedang berbicara padanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah memotong pembicaraan dan mengambil kesimpulan terlalu dini. Dengarkan, dengarkan dan dengarkan sambil memberi tanggapan positif dan antusias. Ada saatnya bahwa kita akan diminta bicara, tentunya setelah anak kita sudah selesai dengan penjelasannya.

Kebiasaan 23 :
Mengungkit kesalahan masa lalu
Seringkali kita mengungkit-ungkit catatan kesalahan yang pernah dibuat anak kita, contohnya, “Tuh kan Papa/mama bilang apa? Kamu tidak pernah mau dengerin sih, sekarang kejadian kan. Makanya dengerin kalo orang tua ngomong. Dasar kamu memang anak bebal sih”.
Apa akibatnya?
Kita berharap, dengan mengungkit kejadian masa lalu mengenai catatan kesalahannya, anak akan belajar dari masalah. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Ia akan sakit hati dan berusaha mengulangi kesalahan-kesalahannya sebagai tindakan pembalasan dari sakit hatinya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita tidak ingin anak kita berperilaku buruk lagi, jangan pernah mengungkit-ungkit lagi masa lalunya. Cukup dengan tatapan mata, jika perlu rangkul anak kita. Ikutlah berempati sampai dia mengakui kesalahannya. Ungkapkan pernyataan seperti, “Y, sayang kita semua manusia biasa, setiap orang pasti pernah keliru dan salah. Papa/mama yakin ini adalah pelajaran berharga buat kita semua dan mulai besok kamu yang memutuskan yang terbaik”. Dan bila ternyata anak kita yang mengungkit kekeliruannya di masa lalu, kita cukup memberikan anggukan kepala serta pujian bahwa dia mau belajar dari pengalaman. Berilah pujian dengan ungkapan, “Kamu memang anak papa yang luar biasa. Papa bangga kamu bisa mengambil hikmah positif dari kejadian yang kamu alami”.
Kebiasaan 24 :
Suka membandingkan
Kebanyakan orang tua, entah sadar atau tidak justru sering membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain/ satu sama lain. Contohnya, “Coba kalo kamu mau rajin belajar seperti kakak, pasti nilai rapor kamu tidak seperti ini!”.

Apa akibatnya?
Jika kita sering melakukan kebiasaan membandingkan satu dengan yang lain, maka akan mengakibatkan anak makin tidak menyukai kita dan merasa iri dan benci pada si pembanding. Sementara itu, anak si pembanding akan merasa arogan dan tinggi hati. Anak yang sering dibandingkan akan menjadi anak pemangkang dan berperilaku makin buruk serta berupaya menjatuhkan si pembanding dengan berbagai cara. Kita secara tidak sadar telah memicu pertengkaran diantara anak-anak kita sendiri.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah sekali-kali membanding-bandingkan satu dengan lainnya, karena setiap anak terlahir dengan membawa perbedaan. Catat perubahan perilaku masing-masing anak. Jika ingin membandingkan, bandingkanlah perilaku anak yang sama dimasa lalu dengan perilaku anak yang sama di masa kini. Motivasilah terus untuk maju. Pujilah segala usaha kerasnya. Berikan ungkapan, “Sayang, Papa/mama perhatikan dulu kamu itu hebat lho seringkali menolong adikmu. Tapi kok sekarang Papa/mama tidak pernah lagi melihat kamu melakukannya ya? Kenapa sayang?” atau “Eh, biasanya anak Papa/mama suka merapikan tempat tidur ya, kenapa hari ini nggak?”.
Kebiasaan 25 :
Paling benar dan paling tahu segalanya
Pernah tidak kita sebagai orang tua melontarkan pernyataan seperti, “Ah…kamu ini masih bau kencur tahu apa soal hidup”. Atau “Kamu tau ngga, Papa dan Mama sudah banyak makan asam garamnya kehidupan, jadi kamu ngga perlu nasihatin Papa-Mama”.
Apa akibatnya?
Jika kita memiliki kebiasaan ini, maka kita telah membuat proses komunikasi dengan anak-anak mengalami jalan buntu. Meskipun kita bermaksud menunjukkan superioritas kita di depan anak, tapi yang ditangkap anak malah semacam kesombongan yang luar biasa. Tentu saja tak seorang pun mau mendengarkan nasihat orang yang sombong.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Seringkali usia orang tua dijadikan acuan tentang banyaknya pengetahuan dan pengalaman. Namun untuk saat ini, kondisi itu sudah tidak tepat lagi. Siapa yang lebih banyak mendapatkan informasi dan banyak mengikuti kegiatan baik yang bersifat bisnis atau sosial, lokal/internasiona, dialah yang lebih banyak tahu dan berpengalaman. Seperti seorang pilot, kepiawaiannya dinilai dari jumlah jam terbang, bukan dinilai berdasarkan usia. Jadi janganlah pernah merasa menjadi orang yang paling tahu, paling hebat dan paling banyak makan asam garam.Kita harus selalu ingat sifat padi yang semakin berisi akan semakin merunduk. Dengarkanlah setiap masukan yang datang dari anak kita, tanpa merasa lebih rendah. Bila kita kurang setuju dengan pandangan anak kita, dukunglah idenya terlebih dahulu, kemudian ceritakan pengalaman kita yang berkaitan dengan ide tadi.
Kebiasaan 26 :
Saling melempar tanggung jawab
Kita sering mendengar (atau mungkin mengalami) beberapa suami terhadap istri atau sebaliknya mengungkapkan pernyataan seperti, “Kamu sih memang tidak becus mendidik anak,” kata sang suami, kemudian sang istri tak kalah sengit menjawab, “Enak saja, selama ini kamu kemana saja?” tukas sang istri. Kemudian ditanggapi lagi oleh sang suami, “Lho itukan tugas kamu mendidik anak, aku tugasnya mencari nafkah. Jadi kalo ada apa-apa sama anak, ya kamulah yang paling bertanggung jawab!”. Begitulah pertempuran mulut yang tiada berujung dan tiada berakhir.
Apa akibatnya?
Mendidik anak merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu bapak dan ibu. Bila tidak maka proses pendidikan anak akan terasa timpang dan jauh dari berhasil, sehingga yang sering terjadi adalah saling menyalahkan satu sama lain. Anak kita akan merasa tindakan buruknya bukan karena kesalahannya, melainkan disebabkan oleh ketidak becusan salah satu dari orang tuanya. Jelas anak kita akan merasa terbela dan semakin berperilaku buruk.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Hentikan saling menyalahkan sekarang juga! Ambilah tanggung jawab kita selaku orang tua secara berimbang. Keberhasilan pendidikan ada di tangan kita berdua dan merupakan kerja sama tim. Belajarlah bagaimana cara mendidik yang benar dari sumber-sumber yang tepat dan jangan pernah ada alasan tidak ada waktu. Jadi aturlah waktu kita dengan berbagai cara dan kompaklah selalu dengan pasangan. Ingat selalu pertanyaan bijak yang sebaiknya kita ajukan sebelum menyalahkan pasangan kita, dan renungkanlah, “Apa peran yang sudah saya berikan dalam proses pendidikan anak-anak saya selama ini?”
Kebiasaan 27 :
Kakak harus selalu mengalah
Ada seorang kakak beradik, yang diasuh oleh neneknya. Suatu hari adiknya menangis dan tanpa mengetahui duduk persoalan serta siapa yang salah dan benar, si nenek selalu memarahi si kakak. Si nenek selalu membela si adik dan melimpahkan kesalahan pada kakaknya. “Kamu ini gimana sih? Sudah besar kok tidak mau mengalah dengan adiknya.” Begitu ucapan yang selalu keluar dari mulut si nenek. Terkadang dibumbui dengan cubitan pada kakaknya.
Apa akibatnya?
Ada suatu budaya di negeri ini bahwa anak yang lebih tua harus selalu mengalah dengan saudaranya yang lebih muda, sehingga tanpa melihat siapa yang salah dan siapa yang benar, setiap kali adiknya menangis, selalu kakaknya yang disalahkan, yang mengakibatkan anak yang paling tua tidak memiliki rasa percaya diri dan membenci adiknya. Lama kelamaan si kakak mulai banyak melawan atas ketidak adilan ini dan kedua anak bersaudara ini makin sering bertengkar. Sementara si adik, yang selalu dibela, menjadi semakin egois dan makin berani menyakiti kakaknya, selalu merasa benar dan memberontak.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Anak harus diajari untuk memahami nilai benar dan salah atas perbuatannya terlepas dari apakah ia lebih muda atau lebih tua usianya. Maka berlakulah adil. Ketahuilah informasi secara lengkap dari anak kita secara berimbang pada saat mereka bertengkar. Tunjukkan hal-hal yang benar dan salah pada masing-masing. Damaikanlah mereka segera, serta jelaskan nilai-nilai benar yang berlaku dan perlu mereka taati bersama.
Kebiasaan 28 :
Menghukum secara fisik
Dalam kondisi emosi, kita cenderung menjadi sensitif hingga pada akhirnya suara kita yang keras berubah menjadi tindakan fisik yang menyakiti anak.
Apa akibatnya?
Jika kita terbiasa dengan keadaan ini, maka kita telah mendidiknya menjadi anak yang kejam dan beringas, suka menyakiti orang lain dan membangkang. Pada saat ia bersosialisasi, percaya atau tidak anak akan meniru tindakan kita yang suka memukul. Anak yang sejak kecil terbiasa dipukul oleh orang tuanya akan menyimpan dendam dalam batinnya. Rasa dendam terkadang ia lampiaskan kembali pada orangtuanya sendiri, orang lain atau teman-teman sebayanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah sekalipun menggunakan hukuman fisik kepada anak, mencubit, memukul atau manampar bahkan menggunakan alat seperti ikat pinggang atau rotan. Anak kita adalah anak manusia yang telah dirancang oleh Penciptanya untuk bisa diatur dengan kata-kata. Bila kata-kata kita sudah tidak lagi didengar oleh anak, koreksilah segera diri kita, pasti ada yang salah dengan kebiasaan kita hingga anak tidak menurut. Seandainya dulu kita pernah diperlakukan demikian oleh orang tua kita, maafkanlah orang tua kita dan jangan lanjutkan kebiasaan yang sangat buruk ini pada anak kita. Hukuman pukulan lebih cocok kepada binatang daripada manusia. Gunakanlah media dialog, pujian dan kelembutan.
Kebiasaan 29 :
Menunda atau membatalkan hukuman
Pernahkah kita pada saat anak minta dibelikan permen atau mainan, dan anak merengek, kita lalu menjanjikan konsekuensi hukuman atau sangsi, tetapi kita menunda atau bahkan membatalkannya karena alasan lupa atau kasihan? Atau ketika anak berhenti merengek, kita menganggap masalah sudah selesai dan akhirnya kita menunda atau membatalkan hukuman.
Apa akibatnya?
Bila kita tidak melaksanakan kesepakatan, anak akan menilai kita sebagai orang tua yang selalu lupa atau hanya mengancam. Maka sering terjadi anak mempunyai pola pikir untuk selalu melanggar kesepakatan karena sangsi atau hukuman tidak pernah terjadi.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita sudah punya kesepakatan dan anak melanggarnya, sangsi atau hukuman tetap berlaku. Segera laksanakan sangsi itu dan jangan menunda-nunda. Bila kita kasihan mungkin kita bisa kurangi sangsi atau hukumannya. Perlu diingat bahwa sangsi atau hukuman yang dimaksud bukanlah sangsi atau hukuman secara fisik, tetapi lebih pada pengurangan bobot kesukaannya seperti mengurangi jam menonton televisi, mengurangi jam bermain, dan lainnya.
Kebiasaan 30 :
Terpancing emosi
Anak-anak dalam memaksakan kehendak, biasanya sering menguji emosi kita dengan perilakunya yang mengesalkan seperti menangis, merengek, berguling atau memukul. Sehingga akhirnya kita sering terpancing, menjadi marah dan lepas kontrol atau malah cenderung mengalah. Pernahkah kita mengalaminya?


Apa akibatnya?
Bila kita terpancing, anak kitalah yang merasa menang, sehingga anak kita merasa bisa mengendalikan orang tuanya. Jika ini terjadi maka ia akan terus berusaha untuk mengulanginya pada kesempatan lain dengan pancingan emosi yang lebih besar lagi.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Yang terbaik adalah diam, tidak bicara dan tidak menanggapi. Jangan pedulikan ulahnya. Bial anak menangis katakan padanya bahwa tangisannya tidak mengubah keputusan kita. Bila anak tidak menangis tapi tetap berulah, kita katakan saja bahwa kita akan mempertimbangkan keputusan kita dengan catatan si anak tidak berulah lagi. Setelah itu lakukan aksi diam. Cukup tatap dengan mata pada anak yang berulah, hingga ia berhenti berulah. Dalam proses ini kita jangan malu pada orang yang memperhatikan kita, dan jangan ada pula orang lain yang berusaha menolong anak kita yang sedang berulah tadi. Sekali kita berhasil membuat anak kita mengalah, maka selanjutnya dia tidak akan mengulangi untuk yang kedua kalinya.
Kebiasaan 30 :
Menghukum anak saat kita marah
Seringkali bila anak kita berbuat salah, kita menjadi marah dan selalu memberikan sanksi atau hukuman, apalagi ketika emosi kita sedang memuncak. Sanksi atau hukuman yang kita berikan kebanyakan berupa hukuman secara fisik.
Apa akibatnya?
Pada saat emosi kita sedang tinggi, apa pun yang keluar dari mulut kita, baik dalam bentuk kata-kata maupun hukuman akan cenderung untuk menyakiti dan tidak menjadikan anak kita lebih baik, sehingga akan berakibat fatal, yaitu kita telah melukai hati anak kita dan anak seringkali tidak bisa melupakannya. Selain itu anak juga bisa mendendam pada orang tuanya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Bila dalam keadaan marah, segeralah menjauh dari anak, seperti masuk kamar atau mandi dengan air yang sejuk. Jika kita bertekad akan memberikan sangsi/hukuman, tundalah sampai emosi kita mereda. Stelah itu pilih dan susunlah bentuk sangsi/hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuatnya. Pilihlah bentuk sangsi/hukuman yang mengurangi aktivitas yang disukainya, seperti mengurangi waktu main game, dsb. Harap diingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan untuk menyakiti.
Kebiasaan 32 :
Mengejek
Ada orang tua yang suka memeloroti celana anknya untuk jadi bahan tertawaan atau seorang anak yang sedang menyanyi dan kita mengejeknya, “Cie…cie…mirip Ariel nich ye”.
Apa akibatnya?
Orang tua yang biasa menggoda anaknya sering kali secara tidak sadar telah membuat anaknya kesal. Dan ketika anak memohon kepada kita untuk tidak menggodanya, kita malah semakin senang telah berhasil membuatnya kesal atau malu, sehingga hal ini akan membangun ketidak sukaan anak kepada kita akhirnya anak tidak menghargai kita lagi, karena ia menganggap kita juga seperti teman-temannya yang suka menggodanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita ingin bercanda dengan anak, pilihlah materi bercanda yang tidak membuatnya malu atau merendahkan dirinya. Jagalah batas-batas dan hindari bercanda yang membuat anak kita kesal atau malu. Bila sedang bercanda, ekspresi anak kita kesal dan meminta kita segera menghentikannya, segera hentikan dan jika perlu meminta maaflah atas kejadian yang baru terjadi. Katakanlah kita tidak bermaksud merendahkannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Kebiasaan 32 :
Menyindir
Beberapa orang tua terkadang tidak dapat menyampaikan hal-hal yang diinginkannya dengan baik dan jelas ke pada anak, karene tidak tahu caranya. Karena sudah mencapai batas kesabarannya, terkadang orang tua mengungkapkan kemarahannya dengan kata-kata singkat yang pedas dengan maksud menyindir seperti, “Tumben hari gini sudah pulang” atau ”sering-sering aja pulang malem!”.
Apa akibatnya?
Kebiasaan ini akan membuat anak semakin menjadi-jadi dan menjaga jarak dengan kita. Kita telah menyakiti hatinya dan membuatnya tidak ingin berkomunikasi dengan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Tak ada seorang pun yang berubah menjadi baik karena sindiran. Katakanlah secara langsung apa yang kita inginkan dengan kalimat yang tidak menyakiti hatinya. Katakan saja, “Sayang, Papa/mama khawatir akan keselamatan kamu kalo kamu pulang terlalu malam.”

Kebiasaan 33 :
Memberikan julukan yang buruk
Kita dengan begitu mudahnya sering memberikan julukan yang buruk, seperti si gendut, si lemot, si cengeng, biang kerok, dsb.
Apa akibatnya?
Kebiasaan memberikan julukan yang buruk pada anak akan mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya diri/minder, kebencian dan perlawanan. Adakalanya anak ingin membuktikan kehebatan julukan tersebut pada orang tuanya. Misal, anak yang diberi julukan biang kerok, ia akan berpikir bahwa apa yang diperbuatnya tidaklah keliru, karena memang dia adalah biang kerok.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Gantilah segera julukan yang buruk dengan yang baik, seperti anak baik, anak hebat, anak bijaksana atau panggil dia dengan nama panggilan yang disukainya saja. Cobalah tanya pada anak kita, panggilan apa yang disukainya. Anak pasti akan lebih menyukai kita.
Kebiasaan 35 :
Mengumpan anak yang rewel
Kita sering mengalihkan perhatian anak kepada hal/barang lain pada saat anak kita marah, merengek, menangis atau meminta sesuatu dengan memaksa. Contohnya, “Tuh lihat tuh ada kakak pake baju warna apa tuh…?” atau “Lihat ini lihat, gambar apa ya lucu banget?”.
Apa akibatnya?
Pada saat anak kita sedang fokus pada apa yang diinginkan, ia akan memancing emosi kita dan emosinya sendiri akan menjadi sensitif. Ia tidak ingin dialihkan ke hal lain jika masalah ini belum ada kata sepakat penyelesainnya. Semakin kita berusaha mengalihkannya, semakin marah anak kita.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Selesaikan apa yang diinginkan anak kita dengan membicarakanya dan membuat kesepakatan di tempat, jika kita belum membuat kesepakatan di rumah. Katakan secara langsung apa yang kita inginkan, seperti, “Papa/mama belum bisa membelikan mainan itu sekarang. Jika kamu mau harus menabung dulu. Nanti papa/mama ajari kamu cara menabung. Bila kamu terus merengek, kita tidak jadi jalan-jalan dan langsung pulang”. Jika anak tetap merengek, segeralah kita pulang meski urusan belanja belum selesai. Untuk urusan belanja, kita masih bisa menundanya, tapi jangan sekali-kali menunda dalam mendidik anak.
Kebiasaan 36 :
Televisi sebagai agen pendidik anak
Menurut penelitian, sebagian besar perilaku buruk ditiru anak dari media visual dan sebagian lagi dari media cetak dan lingkungan. Jika kita membiarkan anak kita berlama-lama menonton TV, maka kita telah menyerahkan anak kita untuk dididik oleh ibu kedua.
Apa akibatnya?
Perilaku anak terbentuk karena 4 hal, yaitu :
  1. Terbentuk berdasarkan Siapa yang lebih dulu mengajarkan kepadanya : kita atau TV?
  2. Terbentuk oleh siapa yang lebih dia percaya, apakah pada kata-kata kita atau ketepatan waktu program-program TV?
  3. Terbentuk oleh siapa yang menyampaikan lebih menyenangkan, Apakah kita atau program-program TV?
  4. Terbentuk oleh siapa yang lebih sering menemaninya, kita atau program-program TV yang sangat setia menemani anak kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
  1. Bangun komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal tsb diatas.
  2. Ganti kegiatan menonton TV anak dengan kegiatan di rumah atau diluar rumah yang padat bagi anak-anak.
  3. Gantilah program TV di rumah dengan film-film pengetahuan yang lebih mendidik dan menantang mulai dari film kartun hingga CD dalam bentuk permainan edukatif.
Kebiasaan 37 :
Mengajari anak untuk membalas
Bila anak kita dipukul oleh anak lain, sering kita menjadi tidak sabar dan memprovokasi anak untuk membalas dengan tindakan yang sama seperti anak lain itu. Alasan yang sering kita utarakan adalah supaya ada keadilan, masing-masing merasakan sakit.
Apa akibatnya?
Kita telah mendidik anak kita sendiri untuk mendendam dengan selalu membalas segala bentuk pukulan atau tindakan menyakiti lain yang diterimanya. Anak akan teringat terus hal-hal yang diajarkan oleh kita tentang konsep membalas itu. Jangan kaget bila anak kita sering membalas atau membalikkan apa yang kita sampaikan kepadanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Lebih baik kita mengajarkan anak untuk menghindari teman-temannya yang suka menyakiti. Lalu sampaikan pada orang tua yang bersangkutan bahwa anak kita sering mendapat perlakuan buruk dari anaknya dan ajak orang tua anak yang suka memukul untuk mengikuti program parenting baik di radio maupun media lainnya.
(Sumber : Buku : “37 kebiasaan orang tua yang menghasilkan perilaku buruk pada anak”; Mengapa Anak saya suka melawan dan susah diatur?; oleh Ayah Edy)

sabar vs syukur = impian

setiap langkah penuh impian
setiap impian penuh ujian
setiap ujian penuh ikhtiar
setiap ikhtiar penuh do'a
setiap do'a penuh pengharapan...
dan,,,setiap pengharapan penuh kesabaran.....

dan sampai kapan kesabaran itu terhenti atas impian yang terwujud?????

karna tak akan ada impian yang terwujud sempurna....

kesabaran pun akan tetap hidup......dan tak akan berlabuh dan terhenti....

hanya oleh iman syukur smw menjadi lebih indah.....

for motivation moment
Motivasi Penambah Semangat Kerja Dari Orang-Orang Hebat

"Kesuksesan dibentuk dari kegagalan demi kegagalan tanpa kehilangan semangat."
-Winston Churchill

"Kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesan tergantung pada semangat perjuangan setiap orang. Hal yang penting bukanlah apa yang terjadi dalam hidup kita, namun apa yang kita lakukan tentang apa yang terjadi pada kita."
-George Allen

"Orang-orang gagal bukan karena mereka bodoh, namun karena mereka tidak punya cukup semangat."
-Struther Burt

"Ketika anda mendapatkan kesuksesan yang besar, dua hal terjadi. Yang pertama, kita mulai mengambil kesuksesan sebagaimana adanya. Yang kedua, kita lupa bagaimana caranya meraih kesuksesan itu. Kesuksesan diraih dengan kerja keras yang luar biasa dan dendam terhadap kompetisi yang ketat."
-Jack Mack Carter

"Saya tahu harga kesuksesan: dedikasi, kerja keras, ketaatan yang tak kunjung padam kepada hal-hal yang ingin anda lihat dapat terjadi."
-Frank Lloyd Wright

"Semakin keras saya bekerja, maka saya semakin beruntung."
-Samuel Goldwyn

"Saya diciptakan untuk bekerja. Jika anda sama-sama tekun, anda akan sama-sama sukses."
-Johann Sebastian Bach

"Kemenangan dari sebuah kesuksesan sudah setengah dimenangkan ketika seseorang mencapai kebiasaan bekerja."
-Sarah Knowles Bolton

"Saya pikir orang yang mengambil sebuah pekerjaan hanya untuk bertahan hidup -katakanlah, hanya untuk mendapatkan uang- telah membuat dirinya menjadi seorang budak."
-Joseph Campbell

"Rencana hanyalah tujuan yang baik,
kecuali jika tujuan tersebut segera diwujudkan dengan kerja keras."
-Peter Drucker

"Ada dua jenis manusia, mereka yang bekerja keras dan mereka yang memilih berhutang. Berusahalah untuk memilih kelompok yang pertama karena dalam kelompok itu lebih sedikit kompetisinya."
-Indira Gandhi

"Saya pikir kesuksesan adalah campuran dari memiliki bakat untuk bidang yang anda lakukan, mengetahui bahwa itu semua tidaklah cukup, bahwa anda harus bekerja keras dan memiliki tujuan."
-Margaret Thatcher


TETAP SEMANGAT

Selasa, 31 Januari 2012

kumpulan do'a

Do'a agar Allah membukakan sembilan pintu kebaikan untuk kita
"Allahumaftah lana abwabal khairi wa abwabal barakati wabwabash shihhati wa abwabas salamati wa abwabal afiyati wa abwabal jannati"
Artinya: "Ya Allah, bukakanlah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu nikmat, pintu rizki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu kebugaran, pintu surga"

Doa agar kita dijauhkan dari musibah & dari siksa neraka
"Rabbana maa khalaqta haada baathilan subhanaka faqinaa 'adzabannar"
Artinya: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka," (QS. Ali-'Imran: 191)

Do'a memohon ketakwaan & kekayaan bermanfaat
"Allahuma inni as-alukal huda wattuqo wal 'afaaf wal ghina"
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk, ketakwaan, kesucian dan kekayaan kepadaMu"(HR. Muslim)

Do'a agar diberi kemudahan menjemput rizki
"Allahuma yassir wa laa tu'assir"
Artinya: "Ya Allah, mudahkanlah jangan dipersulit."

Doa agar mendapatkan rizki yg tak pernah putus
"Allahuma inni as-alukan na'iimal muqiimalladzii la yahuulu wa laa yazuul, Allahumma innii yaumal khauf."
Artinya: "Ya Allah, aku memohon kpdMu nikmat yg kekal, yg tdk berpindah & hilang. Ya Allah, aku memohon kpdMu keamanan pd hari ketakutan."

Do'a agar kita mendapatkan rizki yg tak terduga & berkah
"Allahuma ashlih lii diini wa wassi'lii fi daarii wa baarikli fii rizqi"
Artinya: "Ya Allah, perbaikilah agamaku yg menjadi pokok urusanku, lapangkan untukku dalam rumahku dan berkahilah dalam rizkiku."

Do'a pembuka pintu rizki, kesehatan, kenikmatan & perlindungan
Artinya: "Allahuma innii ashbahtu minka fii ni'mati wa'aafiyati wasitrin fa-timma 'alayya ni'mataka wa'aafiyataka wa sitraka fiddunya wal aakhirah"
Artinya: "Ya Allah, aku dipagi hari memohon dariMu dlm kenikmatan, kesehatan & perlindungan, maka sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan & perlindunganMu di dunia & akhirat."

Do'a agar terhindar dr sgl penyakit & sehat selalu
"Allahuma inni a'udzubika minal baroshi wal junuuni wal judzaami wa min sayyi-il asqoom"
Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari penyakit belang, gila, kusta & penyakit2 yg buruk lainnya (HR. Muslim)

Do'a agar tegar & bisa bangkit dr keterpurukan
" Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'un, Allahumma la ya'tii bilhasanati illa anta wa laa yadzhabu bissayyi-aati illaa anta, wa laa haula wa laa quwwata illabillah" Sesungguhnya kami adalah milik Allah & kpdNya kami kembali."
Artinya: "Ya Allah, tiada yg bisa mendatangkan kebaikan selainMu & tiada yg bisa mendatangkan keburukan selainMu. Tiada daya & upaya kecuali hanya Allah."

Do'a agar kita terjauhkan dari bala' & bencana
"Allahumma inni a'udzubika min jahdil bala'i wa darkisy-syaqa'i wa su-il qadha'i wa syamatatil a'da'i"
Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menemui penderitaan, dari takdir yg buruk & dari keberhasilan musuh."(HR. Bukhari & Muslim).

Do'a agar kita terbebas dari kehinaan, kekurangan & kefakiran
"Allahumma inni a'udzubika minal faqri wal qillati wadz-dzillati wa a'udzubika min an azhlima aw uzhlama"
Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kefakiran, kekurangan & kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu dari mendzalimi & didzalimi orang lain." (H.R Abu Dawud & Nasa'i)

Do'a mohon agar dibukakan pintu surga & ditutupnya pintu neraka serta dilimpahkan ketenangan hati untuk kita
"Allahuma wafiqni fihi limuwafaqatil-abrari wa janibni fihi muwafaqatil-asyrar wa awini fihi birahmatika ila daril-qarar bi ilahiyatika ya ilahal-'alamin
Artinya: "Ya Allah, bukakanlah kami pintu2 surga & tutuplah bagi kami pintu2 neraka & berikanlah kami kemampuan membaca al-Quran. Wahai Penurun ketenangan di dalam hati orang yg beriman."

Do'a agar kita terhindar dari hutang & gelisah
"Allahuma inni a'udzubika minal hammi wal hazan, wa a'udzubika minal ajzi wal kasal, wa a'udzubika minal jubni wal bukhli, wa a'udzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaal"
Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kpd-Mu dari kemurungan dan kesusahan, aku berlindung kpd-Mu dari kemalasan dan aku berlindung kpd-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kpd-Mu dari tekanan hutang dan paksaan orang." (HR. Abu Dawud).

Do'a memohon agar usaha kita dimudahkan, berkah & bermanfaat
"Allahummaj'al sayi fihi masykuran wa dzanbi fihi maghfuran wa 'amali fihi maqbulan wa'aibi fihi masturan ya asma'as-sami'in"
Artinya: "Ya Allah, Jadikanlah usahaku sbg usaha yg disyukuri & dosa2ku diampuni, amal kebaikanku diterima & seluruh aibku ditutpi, Wahai Maha Pendengar dari semua yg mendengar."

Do'a mohon permulaan yg baik, pertengahan dg keberuntungan & akhirnya kesuksesan
"Allahumaj'al awwala hadza al-yaumi salahan wa ausatahu falahan wa akhirahu najahan wa as'aluka khairayi ad-duna wa al-akhirati ya arhama ar-rahimin"
Artinya: "Ya Allah, Jadikanlah permulaan hari ini kebaikan & pertengahannya keberuntungan serta akhirnya kesuksesan. Aku mohon kpdMu kebaikan dunia & akhirat, Wahai Yg Maha Pengasih lg Maha Penyayang."

Do'a untuk mendapatkan jodoh yg terbaik dari sisi Allah, membina keluarga sakinah mawaddah warahmah.
"Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiddini waddunya wal akhirah."
Artinya:"Ya Tuhan kami, berikanlah kami pasangan yg terbaik dari sisiMu, pasangan yg juga menjadi sahabat kami dlm urusan agama, urusan dunia & akhirat."

Do’a memohon keberkahan, rizki, ilmu & kesehatan "Allahuma innii as-aluka 'ilman naafi'aa, wa rizqan waa si'a wa syifaa'an min kulli daa'in" Ya Allah, aku mohon kpd Engkau ilmu yg berguna, rizki yg luas & kesembuhan dr sgl penyakit" doa ini memohon keberkahan, rizki, ilmu & kesehatan "Allahuma innii as-aluka 'ilman naafi'aa, wa rizqan waa si'a wa syifaa'an min kulli daa'in" Ya Allah, aku mohon kpd Engkau ilmu yg berguna, rizki yg luas & kesembuhan dr sgl penyakit"

Jumat, 21 Oktober 2011

Surat Dari Sahabat

Seluruh isi surat ini telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab, yang dikirim oleh seseorang bernama Abdullah Al Ghaza yang Mengaku dari Gaza City-Jalur Gaza melalui surat elektronik (Email) dan artikel diterbitkan oleh Buletin Islami


“Untuk saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?

Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negri kalian.

Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini.
Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.!

Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.

Namun, mengapa di negri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dai informasi di televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.

Memeang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.

Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza,
dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

Wahai saudaraku di Indonesia,
Negri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negri kalian diblokade juga?

Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.

Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku.

Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu.

Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.

Kami disini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.
Hafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?

Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi disini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.

Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.

Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan , saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.

Saudaramu di Gaza, Abdullah Al Ghaza

Kamis, 20 Oktober 2011

8 penyebab kanker payudara

Di bawah ini adalah daftar penyebab terjadinya kanker payudara yang disusun oleh Cancer Research UK, sebuah Yayasan Peneliti Kanker di Negara Inggris. Daftar penyebab kanker payudara ini hanya bersifat indikator sehingga bersifat tidak mutlak.
1. Riwayat keluarga
Seorang wanita dengan saudara perempuan, ibu atau anak perempuan menderita kanker payudara memiliki resiko dua kali lipat daripada yang tidak memiliki riwayat keluarga. Beberapa ahli medis menyebut kanker payudara ditularkan secara keturunan.
2. Obesitas
Kegemukan atau obesitas meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita pasca menopause sebesar 30%, karena kelebihan lemak tubuh meningkatkan kadar hormon estrogen dan insulin – yang menjadi penyebab umum terjadinya kanker.
3. Umur
Semakin tua seorang wanita, semakin tinggi resikonya menderita kaker payudara. Wanita berusia 50-69 berada dalam kategori usia yang paling berisiko, terutama bagi mereka yang mengalami menopause terlambat.
4. Persalinan
Wanita muda yang memiliki anak memiliki resiko yang rendah terkena kanker payudara.
5. Gaya Hidup
Berolahraga teratur dan diet yang sehat dapat membantu mengurangi resiko dengan membuang lemak tubuh yang berbahaya. Merokok dan mengkonsumsi alkohol akan meningkatkan resiko kanker payudara.
6. HRT
Wanita yang menggunakan terapi hormon pengganti memiliki resiko sebanyak 66% kanker terkena payudara tapi resikonya bersifat sementara, jika terapi dihentikan dan tidak pernah dilakukan lagi selama lima tahun.
7. Oral kontrasepsi
Kontrasepsi berupa pil meningkatkan resiko sebanyak seperempat kali lipat tapi karena pengguna oral kontrasepsi kebanyakan adalah wanita muda maka resiko menjadi lebih rendah.
8. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kanker payudara sebanyak 12%.
Delapan penyebab kanker payudara di atas bersifat indikator, artinya penyebab utama kanker tetap tidak bisa dijelaskan. Tetapi meskipun demikian menjalani gaya hidup sehat tentu tidak merugikan dan bahkan akan meningkatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Mutiara Hikmah Untuk Calon Pengantin

Pernikahan atau Perkawinan..
Membuka tabir rahasia...
Suami yang menikahi kamu...
Tidaklah semulia Muhammad...
Tidaklah setaqwa Ibrahim...
Pun tidak setabah Isa atau Ayub...
Atau pun segagah Musa...
Apalagi setampan Yusuf...
Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman...
Yang punya cita-cita...
Membangun keturunan yang Sholeh dan Sholehah...

Pernikahan atau Perkawinan...
Mengajar kita kewajiban bersama...
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya...
Suami adalah Nakoda kapal, Kamu navigatornya...
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamulah penuntun kenakalannya...
Saat Suami menjadi Raja, Kamu nikmati anggur singgasananya...
Seketika Suami menjadi bisa, Kamulah penawar obatnya...
Seandainya Suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya...

Pernikahan atau Perkawinan...
Mengajarkan kita perlunya IMAN dan TAQWA...
Untuk belajar meniti sabar dan ridho...
Karena memiliki suami yang tak segagah mana...
Justru Kamu akan tersentak dari alpa...
Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna didalam menjaga...
Pun bukanlah Hajar ataupun Mariam, yang begitu setia dalam sengsara...
Cuma wanita akhir zaman, yang berusaha menjadi Sholehah ...